Selasa, 03 Desember 2013

DZIKIR



Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.
Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.

Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (Al Ahzab 41-43)

KETERANGAN
********************
41.mengingat Allah boleh saja dalam segala hal kebaikan dalam syair, dalam lagu atau dalam hal apa saja ketika anda memulai sebuah propesi atau sedang melakukanya agar kuat dorongan untuk berbuat ikhlas jujur,amanah dll yang di ridhai Allah swt dan akan mendapat keuntungan dunia dan akherat

42.Dan bertasbihlah KEPADA ALLAH setelah shalat subuh dan setelah shalat ashar

43. agar Allah swt mengeluarkanmu dari kesusahan dan malaikatpun memohonkan ampun untukmu. dan tidak ada yang lebih pengasih dan penyayang selain daripada Allah swt......

Kehidupan dunia teramat memikat bagi kebanyakan insan. Berapa banyak mereka yang silau dengan keindahannya hingga melalaikan mereka dari mengingat Allah , dari berzikir kepada-Nya. Padahal Allah Maha Baik terhadap mereka. Dia yang menciptakan mereka. Dia pula yang memelihara dan melimpahkan nikmat-Nya yang tiada terhitung kepada mereka. Tapi apa balasan mereka? Mereka melupakan-Nya dan berpaling dari-Nya! Kenyataan yang ada pada mereka ini jelas bertolak belakang dengan perintah Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dalam banyak ayat-Nya, Dia menyuruh mereka untuk senantiasa mengingat kepada-Nya dan banyak-banyak mengingat-Nya.

“Karena itu, ingatlah kepada-Ku niscaya Aku akan mengingat kalian.” (Al-Baqarah: 152)

Senin, 02 Desember 2013

"Jangan katakan pada Allah kalau kita ada masalah, katakan pada masalah kita ada Allah"



Ketika kita ditimpa sebuah masalah, bererti Allah mahu kita lebih dewasa dalam menghadapi hidup ini. Ketika kita ditimpa musibah, bererti Allah ingin kita agar kita mendekat kepadanya. Ketika kita ditimpa kesusahan, bererti Allah telah menyediakan untuk kita kemudahan.

Kerana sesungguhnya disebalik permasalahan ada proses pendewasaan, disebalik musibah ada hikmah, disebalik kesusahan ada kemudahan.

”Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (Al-Insyirah: 5-6)

Ketika permasalahan datang menghampiri, jangan mengeluh dihadapan Maha Pencipta, jangan memberontak akan keputusannya apalagi dengan mengatakan bahawa Allah tidak adil. Namun, mintalah agar kita diberi kesabaran serta ketabahan dalam menghadapinya, diberikan penyelesaian yang terbaik bagi kita, dan selalu mengharap dia memberikan ganjaran pahala untuk kita.

Tanpa malam, bulan purnama takkan indah. Tanpa lapar, nikmat makanan takkan terasa. Tanpa dahaga sejuknya air takkan memberi banyak makna. Begitu juga kemenangan atau kemudahan takkan banyak memberi erti tanpa didahului rintangan masalah kesusahan. Setelah mendung terbitlah cerah.

Tak ada hidup tanpa masalah, kerana masalah adalah sunnah-Nya. Yang kita perlukan hanya dada yang lapang dalam menghadapinya. Jika ketabahan yang kita bina, nikmat masalah akan terasa. Jika keluhan yang sentiasa kita bina sengsara masalah akan selalu bertambah.

Masalah datang untuk kita hadapi, bukan untuk dicaci atau dimaki. Masalah adalah medium dalam proses pendewasaan. Tanpa masalah kita takkan pernah dewasa. Tanpa masalah kita takkan menjadi orang yang luar biasa.

”Jalan yang lurus dan rata takkan pernah menghasilkan pemandu yang hebat. Laut yang tenang takkan pernah menghasilkan pelaut yang cekap. Langit yang cerah takkan pernah menghasilkan juruterbang yang handal.”

Di saat kita mencari solusi dalam suatu masalah, di saat itulah sebuah proses pendewasaan hidup akan bermula. Maka senyumlah mereka yang memiliki masalah dan mengatasi masalah tersebut dengan bijak, iaitu dengan tetap selalu bergantung kepada keputusan Allah yang maha adil setelah tawakal dilakukan.

Subhanallah.....

Selasa, 26 November 2013

Jika Galau, Resah, & Perasaan Sedih Melanda....Part II



Berdoa dengan doa-doa yang bersumber dari Nabi dan berdzikir dengan wirid yang disyariatkan tanpa ada pemahaman terhadap maknanya dan tanpa mengejawantahkan kandungannya, tidak akan mendatangkan pengaruh baik dan manfaat yangbanyak.

Doa itu (baca di Bagian I) memuat empat pilar yang agung. Tak ada cara bagi kita untuk menggapai kebahagiaan dan melenyapkan keresahan, kegalauan dan kesedihan kecuali dengan merealisasikannya.

Pilar pertama:
Merealisasikan ibadah hanya untuk Allah, merasa hina di hadapan-Nya, mengaku bahwa diri kita adalah makhluk ciptaan-Nya sekaligus hamba-Nya, baik diri kita maupun kakek dan nenek moyang kita, mulai dari bapak ibu kandung kita yang terdekat sampai berpangkal pada Adam dan Hawa. Semua adalah hamba dari Allah.
DIA lah yang menciptakan mereka, Rabb mereka, Penguasa mereka, yang menangani segala urusan mereka.
Di antara bentuk realisasi pengakuan-pengakuan diatas adalah konsistensi kita dalam beribadah kepada-Nya yang terwujud dalam rasa keterhinaan dan ketundukan kita kepada Allah, melaksanakan titah dan menjauhi larangan-Nya, selalu merasa butuh kepada-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya, tawakkal kepada-Nya, meminta perlindungan kepada-Nya, dan agar hati tak bertaut pada selain-Nya, baik dalam hal kecintaan, rasa takut, maupun pengharapan.

Pilar kedua:
Hendaknya kita mengimani QADHA dan QADAR Allah. Juga meyakini apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, sedang yang tidak dikehendaki-Nya tak akan terjadi.
Demikian pula bahwa tidak ada yang sanggup mengintervensi hukum Allah (merubah ataupun membatalkannya), tak ada pula yang dapat menolak keputusan-Nya. [Lihat At-Fathir:2]

Karena itulah, dalam doa tersebut dinyatakan:
“Ubun-ubunku ada ditangan-Mu, ketentuan-Mu berlaku terhadapku, keputusan-Mu terhadapku adil semata.”
Ubun-ubun kita, yakni kepada bagian depan, ada di tangan Allah. Allah memperlakukannya sekehendak-Nya, juga memberi ketentuan terhadapnya sesuai dengan yang DIA kehendaki.
Tak ada yang bisa mencampuri ketentuan-Nya, tidak ada pula yang
bisa menolak keputusan-Nya, tidak ada pula yang bisa menolak keputusan-Nya.
Maka dari itu, kehidupan kita, kematian kita, kebahagiaan kita, kesengsaraan kita, kesehatan kita, cobaan yang kita terima, semua itu kembali pada Allah, tak ada sama sekali yang menjadi wewenang kita.
Bila kita percaya bahwa ubun-ubun kita dan juga ubun-ubun semua hamba lainnya ada di tangan Allah, DIA akan memperlakukan mereka sesuai dengan kehendak-Nya, maka setelah itu kita tidaklah takut kepada sesama hamba-Nya, tidak menaruh harap pada mereka, tidak memposisikan mereka sebagai pemilik diri kita, tidak menggantungkan asa dan harapan kita pada mereka.
Ketika itu, barulah Tauhid, Tawaqal dan penghambaan kita kepada Alllah benar-benar terwujud. [Lihat surat Hud:56]

Ungkapan dalam doa “ketentuan-Mu berlaku atas diriku” ini mencakup dua ketentuan:
> Ketentuan dalam agama dan
> Ketentuan taqdir berkenaan dengan alam semesta.
Dua ketentuan ini akan berlaku pada diri kita, terima ataupun tidak. Hanya saja ketentuan taqdir tidak mungkin untuk dilawan. Sedangkan
ketentuan agama terkadang kita langgar dan kita terancam mendapatkan hukuman siksa sesuai dengan pelanggaran yang kita lakukan.

Ungkapan “keputusan-Mu terhadapku adil semata”, ini mencakup semua keputusan Allah terhadap hamba-Nya dari segala sisi, baik sehat atau sakit, kaya atau miskin, rasa nikmat atau rasa nyeri, hidup atau mati, mendapat siksa atau mendapat ampunan, semua yang Allah putuskan terhadap hamba-Nya itu adalah adil semata.

Pilar ketiga :
Adalah hendaknya kita mempercayai nama-nama Allah yang indah (Asmaul Husna) dan sifat-sifat-Nya yang Agung yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Bertawassul kepada Allah dengan nama dan sifat- Nya.
Ini sebagaimana firman Allah:
"Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna." [Al-Araf:180]

Semakin kuat kita mengenal Allah, nama dan sifat-Nya, maka kita akan semakin takut kepada Allah, semakin besar merasakan pengawasan-Nya terhadap diri kita dan akan semakin jauh dari kemaksiatan dan hal-hal yang Allah murkai.
Karena itulah, hal terbesar yang dapat mengusir rasa resah, sedih dan gelisah adalah kala hamba
mengenal Rabbnya, memenuhi hatinya dengan pengetahuan tentang Allah dan bertawassul kepada-Nya dengan nama dan sifat-Nya.
Karena itulah dalam doa tersebut (baca di Bagian I) dinyatakan:
"Aku memohon kepada-Mu dengan segenap nama milik-Mu yang Engkau sandangkan pada diri-Mu, atau yang Engkau turunkan di kitab-Mu, atau Engkau ajarkan pada seseorang dari sekalian hamba-Mu, atau yang Engkau simpan sendiri di ilmu gaib yang ada pada sisi-Mu."
Ini adalah wasilah kepada Allah yang paling Allah cintai.

Pilar keempat:
Adalah memberikan perhatian pada Al-Quranul Karim, yang sama sekali tidak mengandung kebatilan sedikit pun, yang memuat petunjuk, kesembuhan, kecukupan dan keselamatan.
Semakin besar perhatian kita pada Al-Qur’an, baik dengan membaca, menghafal, mengkaji dan merenungkannya, mengamalkan, dan mengejawantahkannya, kita akan menggapai kebahagiaan, ketenangan, kelapangan dada, hilangnya resah, gelisah dan kesedihan sesuai dengan tingkat perhatian kita terhadap Kitabullah.

Inilah empat pilar yang agung yang dipetik dari doa yang penuh berkah ini.
Sebaiknya kita menghayatinya dan berupaya untuk mewujudkannya, agar kita bisa menggapai JANJI MULIA dan KEUTAMAAN AGUNG ini berupa sirnanya keresahan yang berganti dengan kebahagiaan dan jalan keluar. Insya'Allah.....!

Semoga Shalawat beserta salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw., keluarganya, Shahabat, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Jika Galau, Resah, & Perasaan Sedih Melanda



Sahabat Fillah yang dicintai Allah dimana pun berada.....

Dalam kehidupan ini, terkadang kita didera berbagai derita. Tak jarang hati ini dilanda beragam perasaan yang mengusik hati, menyiksa jiwa dan membuat hidup kita menjadi keruh dan sempit.

Ada tiga jenis perasaan yang mengganggu jiwa seseorang.
> Pertama "HUZN" (kesedihan terhadap apa yang terjadi di masa lalu),
> Kedua "HAMM" (keresahan lantaran kekhawatiran akan masa depan) dan
> Ketiga "GHAMM" (perasaan gundah saat kita menghadapi kenyataan yang sulit yang tengah kita hadapi sekarang).

Tiga perasaan ini tak bisa lenyap dari jiwa kita kecuali melalui ketulusan penuh untuk kembali kepada Allah, kesempurnaan perasaan hina di hadapan-Nya, kerendahan hati kepada-Nya, ketundukan dan kepasrahan terhadap perintah-Nya, percaya akan ketentuan-Nya, mengenal-Nya dan mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya, percaya kepada kitab-Nya, selalu membaca dan merenungi serta mengamalkan segala kandungannya.
Dengan itu semua, bukan dengan yang lain, segala kekacauan hati itu akan sirna, dada menjadi lapang, dan kebahagiaan pun akan datang.

‘Abdullah bun Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi bersabda:
“Tidaklah seorang hamba mengucapkan doa berikut ini tatkala ia didera keresahan atau kesedihan melainkan Allah pasti akan menghilangkan keresahannya dan akan menggantikan kesedihannya dengan kegembiraan.
Para Sahabat bertanya:
‘Wahai Rasulullah, sudah seharusnya kami mempelajari doa tersebut.'
Rasulullah menjawab:
“Benar. Sudah seharusnya orang yang mendengarnya mau mempelajarinya." [Musnad Ahmad 1/391, Ash-Shahihah no 199]

Doa yang dimaksud berbunyi:
"
Ya Allah, sungguh aku ini adalah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu, anak dari hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu, ketentuan-Mu berlaku pada diriku, keputusan-Mu adil terhadapku...
Aku memohon kepada-Mu dengan semua nama yang merupakan milik-Mu, nama yang Engkau lekatkan sendiri untuk menamai diri-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang di antara hamba-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu gaib di sisi-Mu, agar Engkau menjadikan Al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penghilang kesedihanku dan pelenyap keresahanku." [ Lihat al-Fawa’id karya Imam Ibnul Qayyim halaman 44]


Sudah selayaknya kita sebagai seorang Muslim mau mempelajari dan berupaya kuat untuk mengucapkannya kala ditimpa kesedihan, keresahan maupun kegalauan.
Dan hendaknya kita juga tahu bahwa ungkapan-ungkapan doa tersebut hanya akan bermanfaat bila kita memahami maknanya, merealisasikan tujuannya dan mengamalkan kandungannya.

SENYUM DIBALIK PURDAH



Kemas Penuh Gaya
Tegap MeLangkah Ceria
Yakin Dalam Wajah Agama
Penuh Seri Bidadari Syurga
Abaya Lambang Pesona Asa..

Senyuman DiSebalik Purdah
Bagai SeTangkai BungaPadi Ramah
Tiada Ruang Kumbang MenJamah
Teguh , Tegap MenGengam Akidah..

Bimbingi Aku KeJalan Allah
Kasihi Aku Kerana Allah
Cintai Aku Kerana Allah
Miliki Aku Kerana Allah..

Senyuman DiSebalik Purdah
Senantiasa Tegar Dalam Isteqomah
BerHati Al Qura'an BerJiwa Al Sunnah
Pewaris Murni Pekerti Ibunda Fatimah
ItuLah Senyuman DiSebalik Purdah..

Qalam 》Adakah Harga Untuk Bidadari Syurga..? TanyaLah Hati Kita.