Jumat, 26 April 2013

RUANG SENDU



Lelah meraja dipalung jiwa..
Rontakan hati dimimbar lara..
Bersit angan tersenda dibalik celoteh sang murka..
Huyung limbungku tercabik pusaran rasa..

Lolongan memekak diruang sendu..
Hibakan masa pada sangkur rindu..
Terjalin mesra antara duka nan sayu..
Dan hanya kumandang sendu lirih terdengar menghamba waktumu..
ku bentang jarak dan waktu
aku membuat lukisan rindu serupa gunung batu
kukuh, tegak ke langit biru.
debur ombak, jalan lenggang memanjang

awan putih dan ratusan itik rapi berbaris
tersimpan di sudut dinding berwarna tipis.

selanjutnya aku mulai menerka nerka
rindumu serupa semburat pagi dan senja
cahaya berpendar menyinari semesta
daun daun hijau dan bunga tumbuh beraneka
padi menguning dan laut biru sempurna
dan kau simpan itu dibalik jendela.

di gerakan oleh roda hasrat yang di putar bersama
matahari dan rembulan memantulkan cahaya
lukisan itu akan bertemu di ruang rindu yang sederhana.
di situ ia akan tersimpan abadi.selamanya­..





Dikeheningan Malam



Merajut bayangmu hingga sampai pada batas nyata
Membuat larutan hatiku kian memancarkan resah
Mungkinkah bisa kita lewati hari hanya berdua?
Sementara gambaran pasti menghanyutkanmu.

Dan dikeheningan malam ini
Tepian wajahmu mulai mengguratkan senyumku
Begitu tenang kau jaga hati dan fikiranku
Begitu sejuk kau sumpahi kesalahanku.

Dalam malam tak bertepi kali ini
Tiba-tiba aku sungguh menangisi jauhmu
Aku ingin merengkuhmu dalam pelukanku
Namun semua hanya ada di batas hayal!

Cintaku.. Gubahlah resahku menjadi pasti
Bentuklah mimpiku menjadi nyata
Tuangkan janjimu menjadi setia
Agar dapat kucumbui meski hanya bayangmu
                                                                                 

ku bentang jarak dan waktu
aku membuat lukisan rindu serupa gunung batu
kukuh, tegak ke langit biru.
debur ombak, jalan lenggang memanjang

                                                                                                                          

Jumat, 05 April 2013

TELAGA TEGURAN



Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim

Maha Suci Allah yang menciptakan alam ini begitu sempurna. Malam dan siang silih berganti melayani hidup manusia. Terang dan gelap pun menjadi sebuah kebutuhan makhluk-Nya di seluruh bumi. Tapi, tidak semua yang gelap boleh dibiarkan apa adanya.

Anggaplah teguran sebagai hadiah rabbaniyah

Tidak ada dosa dan kesalahan yang tanpa balasan. Semua akan dibalas oleh Allah swt., dalam kehidupan ini atau di akhirat kelak. Bayangkan jika dosa dan kesalahan bergulir tanpa terasa. Tanpa ada teguran, tanpa ada peringatan.

Anggaplah teguran sebagai ungkapan sayang

Kadang sulit menerjemahkan sebuah ungkapan dengan timbangan yang jernih dan lurus. Termasuk dalam soal teguran. Sederhananya, orang yang menegur diterjemahkan sebagai lawan yang menyusahkan, bahkan menjatuhkan.

Dalam timbangan akhlak, nilai sebuah teguran jauh dari terjemahan itu. Bahkan bertolak belakang. Teguran bukan untuk menyusahkan, melainkan memudahkan. Teguran bukan ungkapan marah, apalagi permusuhan. Melainkan, justru ungkapan sayang dan persaudaraan.

Rasulullah saw. yang mulia mengatakan, “Tiga perbuatan yang termasuk sangat baik, yaitu berdzikir kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi, saling menyadarkan satu sama lain, dan menyantuni saudara-saudaranya (yang memerlukan).” (HR. Adailami)

Teguran adalah ungkapan sayang yang sejati seorang saudara terhadap saudaranya yang terjebak dalam kesalahan. Cinta karena Allah, dan benci pun karena Allah. Kalau bukan karena cinta, mungkin ia tak akan pernah menegur. Karena upaya itu begitu berat.

Anggaplah teguran sebagai guru lapangan

Teguran tidak selalu berhubungan dengan dosa. Tidak selalu berhubungan dengan sesuatu yang prinsip. Ada teguran yang memang sangat diperlukan ketika sebuah wilayah teoritis dibumikan dalam wilayah aplikatif.

Dalam hal berumahtangga misalnya. Ketika belum memasuki pernikahan, seseorang merasa sudah paham betul dengan yang namanya berumahtangga. Itu ia dapat dari buku, ceramah, dan sebagainya. Tapi, ketika berumahtangga menjadi sebuah kenyataan, semua menjadi berbeda. Realita kadang tidak selalu mengikuti idealita.

Terjadi kegamangan di situ. Ada konflik suami isteri. Sesuatu yang dalam teori begitu indah, ternyata begitu gersang dalam kenyataan di lapangan. Tentu, yang salah bukan idelitanya. Tapi, cara bagaimana menggapai idealita itu yang belum pas. Di sinilah, seseorang membutuhkan teguran. Dan teguran saat itu menjadi guru di lapangan realita.

Anggaplah teguran sebagai cermin memperindah diri

Ego manusia selalu mengatakan kalau ia serba sempurna. Tidak ada cacat. Tidak ada noda. Semua bagus. Kalau ada orang yang menilai lain, pasti si penilai yang teranggap salah.

Begitu pun yang mungkin terjadi dalam diri seorang mukmin. Dengan penuh percaya diri, ia yakini kalau semua langkahnya sempurna. Tidak ada yang salah. Yang salah adalah jika ada yang menganggapnya salah.

Dalam sudut pandang Islam, manusia adalah tempat salah dan lupa. Jadi, akan ada saja kemungkinan kalau seorang mukmin pun bisa khilaf. Kalau seorang ulama pun bisa salah. Kalau seorang pemimpin pun bisa kepeleset. Saat itu, ia butuh teguran sebagai cermin yang bisa menyadarkan.

Rasulullah saw. mengatakan, “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya.” (HR. Al-Bukhari)

Akhirnya.. Alhamdulillah.

Semoga bermanfaat.
Salam santun ukhuwah penuh cinta...